Selasa, 13 September 2016

Sekeping Hati Milikku


      “Sudahlah Mas, tak usah menghubungiku lagi untuk saat ini dan selamanya, aku hanya takut Allah tidak ridho dengan semua ini.” Malam ini aku mengirimkan pesan singkat via WhatsApp kepada salah satu teman dunia mayaku, yang akhir-akhir ini sudah terlalu sering menjalin komunikasi. Selama ini aku selalu menghindar dengan apapun chat yang dikirimnya. Tapi untuk kali ini aku tidak bisa mengendalikan kenyamananku aku menikmatinya.
      Setelah itu, aku tidur dengan segala ketenangan yang menyelimuti perasaanku. Tidak lupa, handphone kumatikan sebelum tidur. Keesokan harinya aku aktifkan hp dan data internetnya aku on kan. Puluhan chat memenuhi history pesan WhatsAppku dengan teman yang satu ini. Salah satunya yaitu :
        “Arumi, menikahlah denganku. Kupastikan kau akan bahagia berada di sampingku. Ini adalah pesan terakhirku, dan aku tidak akan mengirimkan pesan lagi kepadamu sebelum kamu memberikan jawaban kepadaku. Jika kamu bersedia menikah denganku, maka kita akan diskusikan untuk rencana selanjutnya tapi kalaupun kamu tidak menerimaku, maka balasan pesan yang nanti kamu kirimkan adalah pesan terakhir dari history percakapan kita. Aku tunggu sampai kamu siap untuk memberikan jawaban terbaikmu. Aku hanya ingin meminta maaf atas segala kekhilafanku yang selalu mengganggumu dengan pesan-pesanku, hanya satu yang harus kamu tahu karena keberanianku untuk menghalalkanmu menjadi teman hidupku baru ada saat kuterima pesan perpisahan darimu. Aku hanya takut kehilangan dan aku tidak ingin menyesal karena belum mengutarakan maksud dan tujuanku yang sebenarnya.” - Yusuf –
      Ada perasaan haru di dalamnya. Aku hanya ‘read’ pesannya tanpa membalasnya. Jam di handphoneku menunjukkan pukul 09.30 kulaksanakan dua raka’at shalat dhuha dan dipenghujungnya kusematkan do’a-do’a yang benar-benar menguras batinku. Meminta petunjuk-Nya agar senantiasa selalu diberikan kelapangan dalam berpikir dan memutuskan apa yang harus aku putuskan menuju masa depan yang akan kujalani selanjutnya.
        Dengan mengucap Bismillahirrahmaanirrahiim… ku balas sms Mas Yusuf dua minggu yang lalu.
“Bismillahirrahmaanirrahiim… Assalamu’alaikum Mas, sebelumnya Rumi ingin mengucapkan mohon maaf yang sebesar-besarnya karena telah mengirimkan pesan terakhir Rumi seperti itu. Tetapi maksud dari pesan itu bukan berarti Rumi ingin memutuskan tali silaturrahiim. Rumi hanya ingin berusaha untuk melakukan yang terbaik buat kita berdua. Tetapi setelah membaca pesan dari Mas. Rumi melaksanakan Istikharah bersama keluarga selama dua minggu terakhir ini. Rumi dan pihak keluarga ingin memberikan jawaban terhadap maksud Mas Yusuf kepada Rumi. Mas Yusuf, semoga Allah meridhoi maksud dan tujuan mulia mas Yusuf ini, dan Rumi bersedia menjadi Istri Mas. Semoga Allah Ridho atas jawaban ini.”
      Aku tahu mas yusuf sekarang sedang online WhatsAppnya. Setelah dua menit berlalu, Mas Yusuf membalasnya.
     “Wa’alaikumussalam wr. Wb…. MaasyaAllah. Terimakasih atas jawaban Rumi yang selama dua minggu ini Mas menunggunya dengan kegelisahan yang tiada tara. Terimakasih karena telah bersedia untuk menjadi Istri Mas. Nanti ba’da Isya, Mas dan Keluarga akan menemui kedua orang tua Rumi. InsyaAllah Allah meridhoi niat baik kita. Jangan henti untuk tetap panjatkan do’a-do’amu ya Rum.”
     Tak terasa air mataku menetes tak terbendung lagi. Ada keharuan yang luar biasa di dada ini. sujud syukur ku haturkan kepada-Nya. Allah… Terimakasih atas segala petunjuk dan karunia-Mu yang telah Engkau berikan kepada hamba.

************
       “Rumi. Apakah kamu bahagia?.”
       “Menurutmu?.”
       “Entahlah Rum. Hanya satu yang saat ini Mas cemaskan dalam hidup Mas. Mas takut kamu tidak bahagia bisa berada di samping Mas.”
     “Mas. Apakah Mas lupa dengan janji mas di pesan whatsApp itu? Bahwa mas akan pastikan kalau aku akan bahagia berada disampingmu. Sekarang yang ingin aku tanyakan, bagaimana perasaan mas sekarang setelah menjadi suamiku?.”
     “Rumit untuk aku jelaskan Rum. Ada keharuan disini, kebahagiaan yang tak cukup untuk mas ungkapkan dengan kata-kata sama Rumi. Mas bahagia, saaaaaaangat bahagia.” Mata Mas Yusuf yang berkaca-kaca terlihat penuh ketulusan memandangi wajahku saat ketika mengungkapkan kata-kata itu.
      “Baiklah Mas. Kali ini Rumi akan jujur dengan perasaan Rumi. Kebahagiaan yang kini Rumi rasakan adalah berkali-kali lipat atas kebahagiaan yang Mas Yusuf rasakan saat ini. Rumi bahagia bisa berada di samping Mas. Kini ijinkan Rumi untuk menghapus segala lara yang saat ini dan seterusnya Mas rasakan. Dan terimakasih karena telah mengijinkan Rumi untuk melengkapi sekeping hati milik Mas Yusuf.”
      Setelah ku akhiri kata-kataku, tanpa ada kata lagi, Mas Yusuf memelukku sembari menangis tersedu-sedu dalam bahuku. Aku bahagia… Lirihku kemudian.


Senin, 12 September 2016

Matriks



Spesifikasi

Judul Buku
Nikah Yuk!
Penulis
Maulida Mawarti Sasmi
Jenis Buku
Remaja dan Dewasa
Target Pembaca
17 th ke atas
Fisik Buku
Halaman Naskah : 150 Halaman

Ukuran Buku : 15x10 cm

Perkiraan Halaman Buku : 200 Halaman

Perkiraan Harga Jual : 40.000 – 50.000
Latar Belakang

Konsep
Mengajak Para Pemuda Pemudi untuk Memahami Makna Menikah yang sebenarnya dengan tujuan agar terhindar dari hal-hal yang mendekati zina. Sehingga bisa memilih untuk menikah atau tetap single sampai halal.
Manfaat Pembaca dan Kelebihan
Menambahkan semangat bagi pembaca agar senantiasa selalu berusaha untuk memperbaiki diri di hadapan-Nya dalam masa-masa menjemput jodoh.
Strategi Pemasaran
Via Media Sosial dan promo ke Lembaga-lembaga pendidikan. Sekolah atau Universitas.



What Do You Think about Marriage?

     Apa yang kamu pikirkan tentang pernikahan? Bagiku begitu sulit untuk mengurai kata-kata seputar pernikahan ini. Banyak hal yang ingin aku sampaikan. Tapi entah mengapa pikiran ini tak mampu untuk menuangkannya. Pikiran terasa kosong benar-benar tidak ada jalan keluar untuk menguntai kata-kata melalui pena. Setelah dilihat permasalahannya hal yang menurutku sensitif ini (pernikahan) ternyata tidak hanya bisa dipikirkan saja. Tetapi harus dirasakan oleh hati yang suci dan bersih.

       Jika dilihat dari kehidupan yang aku cermati. Pernikahan adalah ikatan suci antara perempuan dan laki-laki yang bukan muhrim menjadi muhrim setelah dihalalkan melalui akad. Manusia diciptakan secara berpasang-pasangan. Lalu nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan? Sedangkan Allah SWT., telah memberikan solusi hidup yang lebih bahagia, berwarna dan disukai-Nya melalui pernikahan yang suci ini. 

      Lalu bagaimana dengan orang-orang yang memilih hidupnya untuk sendiri dulu tanpa mempunyai pasangan? Dari pertanyaan ini pasti banyak jawaban sesuai dengan masalah dari dalam diri orang-orang yang bersangkutan. Dengan alasan karena ingin memperbaiki diri di hadapan-Nya, ingin menikmati masa-masa sendiri, atau mungkin karena merasa trauma untuk berpasangan setelah disalah gunakan kepercayaannya oleh pasangan sebelumnya. Semua alasan itu sah-sah saja, karena setiap manusia mempunyai hak untuk berpendapat. Intinya tidak ada yang tahu isi dari segumpal daging yang ada di dalam diri ini (hati) selain dia sendiri yang merasanya.

Akhir-akhir ini tengah digemparkan dengan seorang pemuda berumur 17 tahun yang meminang seorang wanita muallaf. Adakah para pemuda yang lainnya merasa cemburu menyaksikan pemuda yang masih sangat belia ini mempunyai keberanian tingkat tinggi. Tapi, perlu digaris bawahi seperti apakah pemuda 17 tahun ini? Sosoknya? Akhlaknya? Dan kepribadiannya? Setelah saya selidiki ternyata dilihat secara lahir batin pemuda ini memang sudah siap. Pernikahannya pun disetujui oleh kedua orang tuanya dan guru-guru serta ustadz-ustadz dari berbagai pesantren yang dulu tempat pemuda tersebut menimba ilmu. Semua ini direstui oleh berbagai pihak.

           Setiap manusia antara yang satu dengan yang lainnya mempunyai perbedaan yang sangat jauh. Perbandingan antara pemuda 17 tahun yang mempunyai pengalaman belajar di berbagai pondok pesantren di belahan dunia dengan pemuda 17 tahun yang baru lulus sekolah lanjutan tingkat atas tentu tidak bisa disamakan apalagi dengan berbagai pengalaman yang berbeda. Jadi kesiapan seseorang untuk mempertahankan prinsip nikah muda itu relatif. Tergantung situasi dan kondisi yang ada pada diri masing-masing.

          Tentulah dengan segala kemudahan dan solusi hidup yang telah Allah SWT. karuniakan kepada ummat Islam merupakan suatu bahan renungan untuk dipikirkan. Jika memang sudah siap lahir batin maka hukum menikahpun menjadi wajib dan harus diselenggarakan. Tetapi jika memang belum siap, waktu masih panjang dan jadikanlah masa-masa kebebasan ini menjadi quality time dalam menyempurnakan ibadah kepada-Nya

Marriage Is My Life
          Menikah adalah hidupku. Sepertinya pernyataan ini sedikit terkesan blak-blakkan. Tapi apapun yang terjadi tegakkanlah prinsip hidupmu setinggi-tingginya. Hehehe. Bagi seseorang yang masih alone menikah bagaikan misteri dalam hidupnya. Maksudnya misteri disini bukan berarti sesuatu yang mistis ya, tapi lebih kepada artian penuh teka-teki dalam menemukan calon pasangan hidupnya yang benar-benar tulus.
  
       Menikah adalah separuh dari Agama. Benar-benar luar biasa, tapi bagi yang belum menikah hal ini masih dipertanyakan karena belum bisa mendefinisikan secara pasti untuk menunjukan kevalidan tentang pernyataan ‘menikah adalah separuh dari Agama. Tetapi saya pernah menyimak salah satu hadis dari salah satu ustadz yang menjelaskan dalam kitab safinah (Fiqih).
           Dari Anas Bin Malik R.A. Nabi SAW. Bersabda:
“Siapa yang diberi karunia oleh Allah seorang istri yang solihah, berarti Allah telah menolongnya untuk menyempurnakan setengah agamanya. Karena itu, bertaqwalah kepada Allah setengah sisanya. (HR. Baihaqi).

      Jadi menikah adalah solusi hidup yang lebih bahagia dan lebih berwarna dengan segala keindahan di dalamnya lengkap dengan masalah-masalah yang ada di dalamnya pula.

Menunda Menikah
          Menunda menikah dalam keadaan siap lahir batin adalah dosa hukumnya. Karena jika memang sudah siap mengapa harus ditunda-tunda lagi. Ada beberapa masalah yang membuat seseorang menunda menikah. Tepatnya seorang laki-laki yang enggan untuk melamar calon istri atas pilihannya.

·        Memperbaiki diri di Hadapan-Nya
Alasan yang satu ini cukup realistis meski akan ada sanggahan seperti : Meskipun sudah menikah, tetap masih bisa untuk memperbaiki diri di hadapan-Nya dan tentunya lebih sempurna karena dilakukan berdua bersama-sama dengan pasangan. Sanggahan seperti ini juga bisa dibenarkan karena memang itu kenyataan yang ada. 

Kesiapan
Kedua alasan seseorang menunda menikah adalah kesiapan. Kesiapan disini berarti ada beberapa hal yang harus diselesaikan sebelum menikah. Seperti sekolah atau kuliah yang belum selesai. Belum mendapatkan pekerjaan, belum bisa menafkahi kedua orang tua sehingga hal ini menghambat untuk menikah. Sebenarnya alasan ini bisa diselesaikan dengan seiring berjalannya waktu. Sehingga kebaikan di dalamnyapun dua kali lipat. Tapi apapun itu, setiap diri pasti lebih mengetahui apa yang diinginkannya jika memang ingin menyelesaikan sekolah, bekerja, fokus terhadap orang tua merupakan alasan menunda menikah, konsekuensi yang harus diambil adalah single sampai halal. Jangan sampai tergoda atau memilih jalan yang salah, jalan yang tidak diridhoi Allah SWT., menjalin hubungan tanpa status yang jelas.

·        Memiliki Prioritas Lain

         Ketiga, alasan pemuda menunda menikah adalah karena mempunyai kepentingan lain seperti menginginkannya kebebasan tanpa larangan ini dan itu. Aktif di berbagai organisasi yang menyita waktu dalam kesibukan. Hal ini sangat dikhawatirkan bagi kaum laki-laki jika sudah menikah nanti tidak diijinkan oleh sang Istri untuk aktif kembali di organisasi dan karena memang tidak ingin waktu kebersamaan bersama keluarga kecilnya berkurang karena digunakan oleh kegiatan pribadinya meski kegiatan ini berhubugan dengan orang banyak. Maka orang seperti ini akan menunggu waktu yang pas untuk menjemput jodoh dan menikah.

Nikmatilah indahnya berbagai macam perbedaan. Karena setiap manusia mempunyai perbedaan yang unik antara yang satu daan yang lainnya. Kunci dari pernikahan ini sebenarnya simpel, yaitu komitmen. Komitmen untuk saling memberikan kebahagiaan satu sama lain dalam kebebasan dan tetap tidak keluar dari koridor komitmen yang telah disepakati.

Sabtu, 03 September 2016

DAFTAR ISI

Ucapan Terima Kasih..........
Kata Pengantar...................

What Do You Think About Marriage.............................?
Marriage Is My Life..............
Urgensitas Menikah............
Alasan Menunda Menikah...
Single VS Jomblo................
Menjemput Jodoh...............
Penyempurna Separuh Agama.................................
Jodoh Fiisabilillah................

Tentang Penulis...................