Bismillaahirrahmaanirrahiim…
Mengarungi dan menjalani hidup ini tidak lepas dari kata perjuangan, dan sejatinya dalam segala aktifitas, perbuatan, keadaan hati dan pikiran tentunya dikendalikan oleh diri sendiri yang berperan sebagai pejuang utama dan pertama. Sebagai manusia kita mempunyai kewajiban untuk memahami arti dan makna kehidupan yang sebenarnya. Seperti tujuan diciptakannya manusia adalah untuk beribadah kepada Allah SWT., sesuai dengan firman Allah SWT., dalam (QS. Adh-Dzariyat [51]: 56)
“Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepadaku”.
Ayat ini mempunyai makna bahwa tujuan Allah SWT., menciptakan jin dan manusia adalah untuk beribadah kepada-Nya, mengabdi kepada-Nya. Beribadah disini mempunyai makna yang sangat luas, yang pertama beribadah dalam bentuk vertikal yaitu ibadah mahdoh (hablumminallah)yang langsung berhubungan dengan Allah SWT., seperti shalat, zakat, berpuasa ibadah haji dan lain sebagainya, bentuk ibadah ini manusia cenderung lebih memenuhi kebutuhannya sendiri (dengan tuhannya) dalam beramal solih untuk mendapatkan pahala. Kedua yaitu ibadah dalam bentuk horizontal yaitu ibadah ghoir mahdoh (hablumminannas) yaitu ibadah yang berhubungan dengan sesama, artinya saling peduli terhadap sesama serta mempunyai jiwa sosial yang tinggi serta mempunyai rasa kepedulian terhadap masyarakat beserta ruang lingkupnya, bentuk ibadah ini berhubungan dengan masyarakat luas.
Manusia, tidak hanya mempunyai kewajiban beribadah kepada Allah SWT., dalam bentuk ritualnya saja. Tetapi juga mempunyai kewajiban untuk mempunyai kepedulian terhadap sesama (masyarakat) misalnya aktif dalam gerakan sosial, bergotong royong, dan sebagainya.
Allah SWT., Sang Maha Rahman Maha Rahiim.., mempunyai kepercayaan lebih terhadap manusia, karena manusia mempunyai keluarbiasaan tersendiri. Manusia adalah makhluk yang diciptakan Allah SWT. dengan sebaik-baik bentuk sesuai dengan firman Allah SWT. yang terdapat dalam (QS. At-Tin a[95]: 4-6)
“Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya. Kemudian Kami kembalikan dia ke tempat yang serendah-rendahnya (neraka), kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh; maka bagi mereka pahala yang tiada putus-putusnya”.
Ayat ini sudah sangat jelas menerangkan bahwa manusia diciptakan dengan sebaik-baik bentuk dengan segala potensi diri yang Allah SWT. Berikan, karena manusia diciptakan dengan dibekali akal yang berfungsi untuk membedakan mana yang baik dan buruk. Tetapi manusia yang lalai, manusia yang tidak amanah dalam menggunakan potensi yang dimilikinya, maka akan dikembalikan ke tempat yang serendah-rendahnya (neraka). Kecuali bagi mereka yang beriman kepada Allah SWT., dengan beramal solih maka bagi mereka pahala yang tiada putus-putusnya.
Pada hakikatnya, setiap waktu yang telah kita lalui, perbuatan kita, amalan kita pada akhirnya akan dihisab dengan seadil-adilnya. Oleh karena itu mari sama-sama kita perbaiki diri. Tidak ada manusia yang sempurna di dunia ini. Se solih-solihnya manusia, se hanif-hanifnya makhluk Allah SWT., tidak akan pernah lepas dari yang namanya godaan syaithon. Oleh karena itu, yuk bentengi diri dengan iman. Perbaiki akhlak dengan Al-Qur’an agar kita semua tidak merugi, karena hidup di dunia hanya sementara, dunia hanya tempat singgah semata. Akal, pikiran dan hati harus sejalan, artinya membenarkan akan segala ketetapan Allah, penciptaan-Nya serta percaya akan adanya hari akhir. Peran manusia di dunia ini adalah bukan hanya sebagai makhluk individu tapi mempunyai peran lain yaitu sebagai makhluk sosial dimana dalam diri kita harus memupuk rasa sosialisasi dan kepedulian yang tinggi terhadap sesama. Saling berkasih sayang dan saling menasehati dalam kebenaran dan kesabaran.
Allah SWT., berfirman dalam QS. Al-‘Asr [103] : 1-3
“Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan beramal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran”.
Allah SWT., Maha Rahman Maha Rahiim… sangat banyak bentuk ekspresi syukur kita kepada-Nya. seperti, beramal solih, beribadah secara khusu’, sedekah, dll. Adapun bentuk lain dalam mengekspresikan kesyukukuran kita kepada-Nya yaitu dengan menggunakan potensi yang telah Allah SWT., berikan dalam bentuk ketaatan kepada-Nya. yang pertama, menggunakan pendengaran kita dengan mendengar ayat-ayat Allah SWT., mentafakurinya, memahaminya dan mengimplementasikannya dalam kehidupan sehari-hari. Kedua, menggunakan penglihatan kita dengan melihat tanda-tanda kekuasaan Allah SWT., di alam semesta ini, dengan tujuan agar kesyukuran kita kepada-Nya terus bertambah dan bertambah. Ketiga, membersihkan hati dari kotoran-kotoran dunia, sehingga hati ini tetap lunak dan dapat menerima segala kebenaran yang datang dari Allah SWT.,
Allah SWT., berfirman dalam (QS. An-Nahl [16]: 78)
“Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur”.
“Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?”.
(QS. Ar-Rahmaan [55]:13)